A.
Judul
Penelitian
Penerapan Moving Class untuk Meningkatkan
Efektivitas Proses Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang Tahun Pelajaran 2009-2010.
B.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan memberikan sumbangan
yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam
menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta merupakan sarana dalam membangun
watak bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan cerdas
pula, dan juga sebaliknya. Dan secara progresif akan membentuk
kemandirian pada masyarakat itu sendiri.[1]
Sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa Pembangunan
Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkantkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak
mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan
masyarakat yang maju, adil makmur dan beradap berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.[2]
Di
era globalisasi ini setiap sekolah hendaknya selalu melakukan berbagai inovasi dalam
pengembangannya untuk mendasari dan mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas, oleh sebab itu terus
melakukan berbagai pembenahan melalui management yang profesional. Untuk
mengoptimalkan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas, maka salah satu
sistem pendidikan yang dapat diterapkan adalah moving class (kelas berjalan).
Moving class
suatu model pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif,
dengan sistem belajar mengajar bercirikan peserta didik yang mendatangi guru di
kelas, bukan sebaliknya. Dalam sistem ini setiap guru dan mata pelajaran
mempunyai kelas pribadi, untuk mengikuti pelajaran setiap peserta didik harus
berpindah dari satu kelas ke kelas lain yang sudah ditentukan. Sehingga,
terdapat penamaan kelas berdasarkan bidang studi, setiap kali subyek pelajaran
berganti maka peserta didik akan meninggalkan kelas dan mendatangi kelas lainya
sesuai bidang studi yang dijadwalkan.[3]
Dalam
pembelajaran ada beberapa komponen yang sangat berpengaruh pada terlaksananya
pembelajaran. Tanpa adanya komponen ini maka pembelajaran tidak akan dapat
berjalan dengan baik dan kemungkinan pembelajaran yang dilaksanakan tidak akan
memperoleh hasil yang optimal sebagaiman yang telah diharapkan.
Komponen-komponen tersebut adalah guru, peserta didik, sarana dan prasarana,
kurikulum, pengelolaan sekolah, pengelolaan proses pembelajaran, pengelolaan
dana, monitoring dan evaluasi dan kemitraan.[4]
Dalam pengelolaan proses pembelajaran meliputi penampilan guru, penguasaan
materi dan kurikulum, penggunaan strategi pembelajaran, dan pemanfaatan
fasilitas pembelajaran.[5]
Pembelajaran
merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar
tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada
apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.[6]
Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan siswa untuk
berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk
ter-“internalisasi”
dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan
berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah
munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.[7]
Kunci
suksesnya moving class dalam proses
pembelajaran adalah kedisiplinan, bukan hanya pada ketepatan waktu kedatangan
guru dan peserta didik, tetapi kedisiplinan melaksanakan tugas secara
profesional. Sistem moving class dalam proses pembelajaran untuk membiasakan
peserta didik agar merasa hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu, agar
mereka tidak jenuh dan bertanggungjawab terhadap apa yang dipelajari. Dengan moving class peserta didik dapat
menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar di setiap kelas, saat peserta
didik memasuki ruang kelas peserta didik akan dapat langsung menfokuskan diri
pada pelajaran yang dipilihnya, pemilihan kelas disesuaikan dengan jenis
pelajaran yang sesuai jadwal mereka. Di dalam kelas guru melakukan berbagai
inovasi dan kreatifitas pembelajaran, mengelola kelas, menata ruang, menata
alat peraga, menata tempat duduk sesuai karakteristik mata pelajaran
masing-masing dan sebagainya. Guru dapat melakukan kegiatan itu semua jika guru
diberikan kewenangan mengelola kelas sesuai karakteristik mata pelajaran
masing-masing. Jika guru telah mampu mengelola dan mengatur kelas sesuai mata
pelajaran maka akan dapat memotivasi peserta didik dalam belajar, karena peserta
didik tidak hanya belajar di kelas yang monoton, tetapi peserta didik akan
selalu mengalami berbagai pengalaman belajar pada kelas-kelas yang selalu
berubah sesuai karakteristik mata pelajaran. Keunggulan moving class adalah para peserta didik
lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima
pelajaran. Sementara para guru, dapat menyiapkan materi pelajaran dengan lebih
baik.
Pada umumnya seorang siswa dalam proses pembelajaran
akan dilakukan pada suatu kelas dari pagi sampai siang secara rutin. Setiap pergantian
jam pelajaran, seorang siswa menunggu guru yang akan mengajarnya dengan masih
tetap berada di ruangan tersebut. Seringkali ada siswa yang merasa bosan dengan
suasana kelasnya kemudian ada yang keluar baik ke kamar kecil ataupun sekedar
keluar ruangan agar sedikit mengurangi kebosanannya.
Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang baru, SMA
Negeri 1 Lumajang telah menerapkan sistem pembelajaran dengan cara kelas
bergerak (moving class). Kegiatan pembelajaran
dengan moving class peserta didik
berpindah sesuai pelajaran yang diikutinya, saat peserta didik memasuki ruang/
kelas dapat langsung mengfokuskan diri pada pelajaran yang dipilihnya. Para
peserta didik dapat memilih kelas yang ada sesuai jenis pelajaran yang sesuai
jadwal mereka. Sehingga terlatih untuk berpikir dewasa dengan memberikan pilihan-pilihan.
Dengan model moving class ini, diharapkan peserta didik akan lebih bersemangat
dalam belajar karena peserta didik akan berpindah ruangan kelas dengan cara
mendatangi ruangan yang khusus untuk belajar pada mata pelajaran tertentu.
Setiap guru mata pelajaran mempunyai ruangan tersendiri dan peserta didik yang
akan mengikuti pelajarannya dan mendatangi ruangannya.
Penerapan moving class di SMA Negeri 1 Lumajang dapat
memberikan nilai tambah bagi peserta didik dalam meningkatkan aktivitas belajar
peserta didik di sekolah. Adanya aktivitas yang meningkat ini, dapat merubah cara belajar peserta didik dari
belajar pasif menjadi cara belajar aktif, sehingga dapat lebih mudah menguasai
atau menyerap materi-materi yang diajarkan oleh guru. Para guru selalu
melakukan inovasi dan improvisasi dalam pembelajaran, artinya para guru
memiliki kemampuan membuat peserta didik bisa belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dengan model moving class
lebih bermakna, karena setiap ruang/ kelas dilengkapi dengan perangkat
pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran/ bidang studi.
Disamping itu, memfasilitasi peserta didik yang memilliki beraneka macam gaya
belajar baik visual, auditor dan
khususnya kinestetik, sehingga para
guru lebih mudah merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan yang
dimiliki peserta didik (Multiple
Intelligences) kecerdasan ganda.
Berdasarkan
penjelasan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Moving Class untuk Meningkatkan Efektivitas Proses Pembelajaran di
SMA Negeri 1 Lumajang Tahun Pelajaran 2009-2010”.
C.
Fokus
Penelitian
Berdasarkan
latar belakang diatas maka dalam penelitian ini fokus penelitian yang hendak
dikaji adalah:
1. Bagaimana
penerapan moving class untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang tahun
pelajaran 2009-2010?
2. Hambatan-hambatan
apa yang dihadapi dalam proses pembelajaran moving
class di SMA Negeri 1 Lumajang?
3. Upaya
apa saja didalam mengatasi hambatan penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di
SMA Negeri 1 Lumajang?
D.
Tujuan
Penelitian
Dari
fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk
memahami penerapan moving class untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang tahun pelajaran
2009-2010.
2. Untuk
memahami hambatan-hambatan yang di hadapi dalam proses pembelajaran moving class di SMA Negeri 1 Lumajang.
3. Untuk
memahami dalam mengatasi hambatan penerapan moving
class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1
Lumajang.
E.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi
Peneliti
a. Penelitian
ini merupakan media untuk memperluas wawasan dan khazanah keilmuan bagi
peneliti sesuai dengan jurusan dan program studi pendidikan agama islam;
b. Penelitian
ini juga dimanfaatkan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan study strata 1
(S1) di STAI Syarifuddin Lumajang.
2.
Bagi
SMA Negeri 1 Lumajang
a. Memperoleh
wawasan baru tentang penerapan moving
class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran;
b. Hasil
penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi terhadap peningkatan proses
pembelajaran dengan sistim moving class.
3.
Bagi
STAI Syarifuddin
a. Penelitian
ini diupayakan dapat memberikan konstribusi terhadap STAI Syarifudidin Lumajang
terutama dalam mengembangakan tentang data pendidikan;
b. Hasil
penelitian ini diupayakan dapat menjadi lebih lengkapnya literatur masalah
pendidikan;
c. Penelitian
ini sebagai parameter output STAI Syarifudidin.
F.
Definisi
Konsep
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan timbulnya salah pengertian
dan kekurang jelasan dalam memahami judul skripsi ini, maka perlu diberikan
penegasan judul agar bahasa selanjutnya dapat mengena pada sasaran dari
penelitian ini. Adapun hal-hal yang perlu ditegaskan dalam
judul ini adalah:
1.
Penerapan Moving Class
Moving
class adalah kelas berjalan, suatu model
pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif dengan sistem
belajar mengajar yang bercirikan peserta didik yang mendatangi guru kelas,
bukan sebaliknya.[8]
Jadi
berdasarkan istilah diatas maka dapat ditarik pemahaman bahwa penerapan moving class adalah penerapan sistem
belajar mengajar yang berciri peserta didik mendatangi guru dikelas.
2.
Efektivitas Proses Pembelajaran
a. Efetivitas adalah ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.[9]
b. Proses
adalah tahap-tahapan dalam suatu peristiwa pembentukan jalannya bekerjanya,
rangkaian kerjal acara persidangan (dalam pengadilan)[10]
c. Pembelajaran
adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu
dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.[11]
Jadi
berdasarkan istilah diatas maka dapat ditarik pemahaman bahwa efektivitas proses
pembelajaran adalah ketepatgunaan tahap-tahapan suatu peristiwa dalam
membimbing, membatu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar
yang dilakukan oleh para guru.
Berdasarkan
dari definisi di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa penerapan moving class untuk meningkatkan
efektivitas proses pembelajaran di SMA
Negeri 1 Lumajang adalah adanya penerapan sistem belajar mengajar kelas
berjalan yang bercirikan peserta didik mendatangi guru dikelas untuk
meningkatkan ketepatgunaan proses yang dilakukan oleh para guru dalam
membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman
belajar di SMA Negeri 1 Lumajang yang beralamat dijalan Jendral Ahmad Yani No 7
Lumajang.
G.
Kajian
Kepustakaan
1.
Penelitian
Terdahulu
Penelitian
terdahulu yang berkaitan erat dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Yulianan Rahmawati, dengan judul skripsi “Implementasi Model Moving Class pada Mata Pelajaran Agama
Islam di SMA Negeri 1 Geger Madiun Tahun 2008–2009”. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif, yang memaparkan secara garis besar implementasi model moving class dalam pembelajaran PAI
bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, meningkatkan
efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran, meningkatkan kedisiplinan peserta
didik dan guru, meningkatkan keterampilan guru untuk memvariasikan metode
pembelajaran, meningkatkan keberanian peserta didik untuk bertanya, menjawab,
serta mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran,
yang terakhir adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajara peserta didik.
Proses pembelajaran PAI dengan model moving
class dilaksanakan dengan prosedur tertentu yang meliputi
persiapan-persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran sampai kepada proses
pembelajaran berlangsung dan penerapan model moving class masih dihadapkan pada beberapa masalah yang dapat
menghambat pelaksanaannya, di samping juga terdapat beberapa faktor-faktor yang
dapat mendukung pelaksanaannya.[12]
Penelitian
yang dilakukan oleh Bahrul Qolbi dengan judul skripsi “Pengaruh Implementasi Moving Class Terhadap Motivasi Balajar Peserta
didik pada Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Situbondo Tahun 2008–2009”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung implementasi moving class terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran Seni Budaya sebesar 38,6%. Terdapat pengaruh langsung implementasi moving class terhadap prestasi belajar peserta
didik pada mata pelajaran Seni Budaya sebesar 22,6%. Terdapat pengaruh langsung
motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Seni
Budaya sebesar 23,0%. Dan terdapat pengaruh tidak langsung implementasi moving class terhadap prestasi belajar
melalui motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Seni Budaya sebesar
8,8%.[13]
Penelitian
yang dilakukan oleh Arriza Pertiwi dengan judul skripsi “Perbedaan Peningkatan
Prestasi Belajar Peserta didik Sebelum Dan Sesudah Penerapan Sistem
Pembelajaran Moving Class Pada Peserta
didik Kelas 3 SLTP Negeri 1 Mejayan Tahun 2008–2009”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa
sebelum dan sesudah moving class pada
siswa kelas 3 SLTP Negeri 1 Mejayan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
hasil analisis data penelitian, diperoleh nilai uji statistik dengan
signifikansi sebesar p = 0,000 dan nilai z = -7,128. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis kerja pada penelitian ini diterima, yang artinya ada perbedaan
signifikan antara penggunaan metode pembelajaran moving class dengan tingkat prestasi belajar peserta didik kelas 3
SLTP Negeri 1 Mejayan.[14]
Dari
ketiga penelitian ini, terdapat kesamaan dan perbedaan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, persamaanya adalah menggungakan variabel penelitian moving class dalam pembelajaran.
Sedangkan
perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yulianan Rahmawati lebih menfokuskan
bagaimana implementasi model moving class
pada Mata Pelajaran Agama Islam (PAI), penelitian yang dilakukan oleh Bahrul
Qolbi lebih menfokuskan pada pengaruh implementasi moving class terhadap motivasi balajar peserta didik pada mata
pelajaran Seni Budaya dan penelitian yang dilakukan oleh Arriza Pertiwi lebih menfokuskan
pada perbedaan peningkatan prestasi belajar peserta didik sebelum dan sesudah
penerapan sistem pembelajaran moving
class pada peserta didik kelas. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti lebih menfokuskan pada penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran.
2.
Kajian
Teori
a.
Penerapan
Moving Class
1)
Pengertian
Moving Class
Moving Class
terdiri dari dua kata, yaitu moving
dan class. Moving berarti pindah, Class
dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar. Jadi moving class adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain
sesuai dengan pelajarannya.[15]
Model
pembelajaran ini membuat peserta didik tidak bosan belajar dengan selalu
menempati kelas yang sama setiap harinya. Moving
class berarti peserta didik mempunyai kesadaran untuk mendapatkan ilmu.
Artinya, jika mereka mendapatkan ilmu, maka mereka harus bergerak ke kelas yang
tetentu yang disediakan untuk dipilih.[16]
2)
Tujuan
Moving Class
Adapun
tujuan moving class adalah:
a) Memfasilitasi
peserta didik yang memiliki beraneka macam gaya belajar baik visual, auditori,
dan khususnya kinestetik untuk mengembangkan dirinya.
b) Menyediakan
sumber belajar, alat peraga, dan sarana belajar yang sesuai dengan karakter
bidang studi.
c) Melatih
kemandirian, kerjasama, dan kepedulian sosial peserta didik. Karena dalam moving class mereka akan bertemu dengan peserta
didik lain bahkan dari jenjang yang berbeda setiap ada perpindahan kelas atau
pergantian mata pelajaran.
d) Merangsang
seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan peserta didik (multiple intelligences).
e) Meningkatkan
kualitas proses pembelajaran, yaitu: proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena
setiap ruang/ laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkat-perangkat
pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap peserta
didik yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah
dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut, sedangakan guru mata
pelajaran dapat mengkondisikan ruang/ laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan
setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.
f) Meningkatkan
efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran jadi guru mata pelajaran tetap
berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya, sehingga waktu guru mengajar
tidak terganggu dengan hal-hal lain.
g) Meningkatkan
disiplin peserta didik dan guru, guru akan dituntut datang tepat waktu, karena
kunci setiap ruang/ laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata
pelajaran. Peserta didik ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk
tepat waktu pada saat pelajarannya.
h) Meningkatkan
keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang
diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.
i) Meningkatkan
keberanian peserta didik untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan
bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.
j) Meningkatkan
motivasi dan hasil belajar peserta didik[17].
3)
Hambatan
dan Kelemahan Moving Class
Hambatan
yang utama dan sangat mendominasi dalam melaksanakan pembelajaran model moving class adalah dukungan pemerintah
kabupaten/ kota bagi sekolah negeri dan dukungan yayasan bagi sekolah swasta soal
pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjukkan pelaksanaannya. Oleh karena
itu, sekolah yang ingin melaksanakan model moving
class harus berusaha mendapatkan dukungan pemerintah daerah kabupaten/
kota, yayasan dan masyarakat setemapat,
kemudian sekolah berbagai persiapan. Salah satunya adalah mempersiapkan ruang
kelas, laboratorium, perpustakaan, dan keperluan lainnya dilengkapi dengan
perlengkapannya. Untuk mengatasi hambatan itu diperlukan dana yang tidak
mungkin dapat segera direalisalikan secara cepat. Sekolah memerlukan bantuan
dan partisipasi dari semua pihak, karena dengan dukungan yang kuat segala
hambatan yang ada dapat diatasi dengan mudah.[18]
Kelemahan
moving class adalah sulit menetapkan
penanggung jawab ruang kelas, sehingga harus mengadakan petugas khusus untuk mengatasinya,
adanya beberapa peserta didik yang masih terlambat hadir di ruang belajar, jadi
perlu peran serta Tim Tatib Sekolah untuk menanggulanginya, meminimalisasi
kehilangan waktu untuk perpindahan kelas dapat diatasi dengan berbagai kegiatan
dan aturan yang dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran, perlu melengkapi
masing-masing kelas mata pelajaran dengan berbagai sarana prasarana
pembelajaran yang mendukung, dapat diatasi melalui kerja sama sekolah dengan komite,
masyarakat dan pemerintah dan meningkatnya biaya operasional pelaksanaan
program ini dapat diatasi dengan kerja sama sekolah dengan komite.
b.
Efektivitas
Proses Pembelajaran
1)
Pengertian
Proses Pembelajaran
Proses
adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus”
yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah
atau kemajuan yang mengarah pada suau sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin,
proses adalah any change in any object or
organisme, particularly a behavioral of psyhological change yang dalam bahasa indonesia adalah suatu
perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan
kejiwaan.[19]
Sebelum
penggunaan pembelajaran populer, para penulis menggunakan istilah pengajaran.
Karena ada perbedaan persepsi antara istilah pembelajaran dan pengajaran.
Praktik pengajaran di sekolah-sekolah pada umumnya lebih banyak berpusat pada
guru, atau berkonotasi pada teacher
centered (berpusat pada guru). Dengan menggunakan istilah pembelajaran
diharapkan guru ingat tugasnya membelajarkan peserta didik.[20]
Pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta
didik, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi
buku-buku, papan tulis, kapur/ spidol, fotografi, slide dan filem, audio dan
video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan
audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian
informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainnya.[21]
Dalam
proses pembelajaran, baik guru maupun peserta didik bersama-sama menjadi pelaku
terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil
yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk mempelajari
sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampian, nilai, konsep, dan
bagaimana hidup serasi dengan sesama atau hasil belajar yang diinginkan.[22]
2)
Tujuan
Pembelajaran
Yang
menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan peserta
didik, mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan peserta
didik dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai dan dikembangkan dan
diapresiasikan. Berdasarkan mata pelajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum
dapat ditetukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah
sumber pertama tujuan bagi para peserta didik dan dia harus mampu menulis dan
memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat terukur.[23]
Tujuan
pembelajaran biasannya diarahkan pada tiga kawasan, yakni kawasan: kognitif,
afektif dan psikomotorik.[24]
a) Kawasan
Kognitif
Kawasan
kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan
proses mental yang berawal dari tingkah laku pengetahuan sampai ke tingkat yang
lebih tinggi yakni evaluasi.[25]
b) Kawasan
Afektif
Kawasan
afektif adalah suatu dominan yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes,
apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial.[26]
c) Kawasan
Psikomotorik
Domain
psikomotor mencakup tujuan yang berkaiatan dengan keterampilan (skill) yang
bersifat manual atau motorik.[27]
3)
Metode
Pebelajaran
Suatu
metode bisa dikatakan efektif jika prestasi belajar yang diinginkan dapat
dicapai dengan penggunaan metode yang tepat guna. Maksudnya dengan memakai
metode tertentu tetapi dapat menghasil prestasi belajar yang lebih baik. Hasil
pembelajaran yang baik hasruslah bersifat menyeluruh, artinya bukan hanya
sekedar penguasaan pengetahuan semata-mata, tetapi juga tampak dalam perubahan
sikap dan tingkah laku secara terpadu. Perubahan ini sudah barang tentun harus
dapat dilihat dan diamati, bersifat khusus dan operasioanal dalam arti mudah
diukur.[28]
Ditinjau
dari segi penerapan, metode-metode pembelajaran ada yang tepat digunakan untuk peserta
didik dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk peserta didik dalam jumlah
kecil, ada yang tepat digunakan didalam kelas atau di luar kelas. Dibawah ini
akan diuraikan secara singkat metode-metode
pembelajaran yang sampai saat ini masih banyak digunkan dalam proses
pembelajaran, yakni:[29]
a) Metode
Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.
b) Metode
Tanya Jawab adalah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsun antara guru dan peserta didik.
c) Metode
Diskusi adalah saling menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman
secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas
dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
keputusan bersama.
d) Metode
Eksperimem biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu
kimia, dan sejenisnya.
e) Metode
Demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkam bagaimana melakukan
sesuatu kepada anak didik.
f) Metode
Pemberian Tugas dan Resitasi adalah suatu cara dalam proses pemebelajaran bilamana
guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakan, kemudian tugas tersebut
dipertanggungjawabkan kepada guru.
g) Metode
Drill (Latihan) penggunaan istilah latihan sering disampaikan artinya dengan
istilah “ulangan”. Padahal maksudnya berbeda, latihan bermaksud agar
pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh
peserta didik. Sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauhmana dia
telah menyerap pembelajaran tersebut.[30]
c.
Penerapan
Moving Class Untuk Meningkatkan Efektivitas Proses Pembelajaran
Agar
belajar lebih interaktif, sekolah dapat mengatur dengan cara berpindah kelas (moving class), moving class merupakan sistem pendidikan telah lama
diimplementasikan diberbagai sekolah luar Negeri. Lewat sistem ini, para
peserta didik dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar di setiap
kelas yang ada. Kegiatan pembelajaran sistem moving class peserta didik berpindah sesuai pelajaran yang
diikutinya. Saat peserta didik memasuki kelas peserta didik akan dapat langsung
memfokuskan diri pada pelajaran yang dipilihnya. Para peserta didik dapat
memilih kelas yang ada sesuai jenis pelajaran yang sudah jadwal mereka. Sehingga
peserta didik terlatih untuk berfikir dewasa dengan memberikan pilihan-pilihan.
Moving class ini bertujuan untuk
membiasakan anak-anak agar mereka hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu
agar mereka tidak jenuh dan bertanggungjawab terhadap apa yang dipelajari.
Dengan metode ini, setiap pelajaran disediakan kelas khusus, seperti kelas
matematika, IPA, atau Lab Bahasa Inggris. Model pembelajaran ini membuat
peserta didik tidak bosan belajar dengan selalu menempati kelas yang sama
setiap hari. Moving class berarti
peserta didik mempunyai kesadaran untuk mendapatkan ilmu, artinya jika mereka
mau mendapatkan ilmu, maka mereka harus bergerak ke kelas yang tertentu yang
disediakan untuk dipilih.[31]
Agar
pelaksanaan dengan sistem berpindah dapat terlaksana dengan baik dan memberi
peningkatakan yang signifikan terhadap mutu pembelajaran dan lulusan peserta
didik. Maka pendidikan perlu menyusun strategi pelaksanaan dengan memperhaitkan
aspek pedagogi. Pedagogi berasal dari bahasa Yunani “paidagogia” yang berasal dari “pedagogue”
pemimpin anak-anak.[32]
Pedagogi suatu ilmu yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode
mengajar, membimbing dan mengawasi pelajaran. Jadi, dari segi pedagogis moving class membutuhkan rekam jejak
kemajuan proses pembelajaran peserta didik (protofolio), sesuatu hal yang
diabaikan dalam kelas konvensional, yang misalnya tercermin dalam
kesalahpahaman guru konvensional tentang program remidial. Remidial hanya diberlakukan
bagi peserta didik yang kurang pandai secara kognitif, akan tetapi dalam moving class penilaian tidak hanya
menyangkut aspek kognitif sebab Rencangan Penilaian dan PKB (penilaian berbasis
kelas) mempunyai tolak ukur yang menyentuh seluruh aspek kemampuan dan
kepribadian peserta didik.[33]
Proses
belajar mengajar menggunakan kelas berpindah (moving class) tentu didasarkan dengan menggunakan sistem kredit
semester (SKS) dalam pembelajarannya. SKS ialah suatu sistem penyelenggaraan
pendidikan yang beban penyelenggarakan program pendidikan yang beban studi
peserta didik, beban tugas mengajar, dan benban penyelenggraan program
pendidikan lembaga dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS). Satuan kredit
semester merupakan bobot yang menunjukkan jumlah waktu dalam menit dan semester
itu sendiri merupakan suatu ukuran waktu atau satuan waktu yang terkecil dlaam
program lengkap satu jenjang pendidikan.[34]
Kegiatan
pembelajaran terdiri atas tiga komponen, yaitu:
1) Kegiatan
tatap muka terjadwal, yaitu pertemuan tatap muka antara pserta didik dan guru
menurut jadwal yang telah ditentukan;
2) Kegiatan
akademik terstruktur dan kegitan akademik mandiri, yaitu kegiatan akademik
peserta didik yang tidak terjadwal tetapi telah direncanakan guru, misalnya
pekerjaan rumah dan membaca literatur yang akan dipelajari pada pertemuan
berikut;
3) Kegiatan
akademik mandiri, yaitu kegiatan belajar yang dilakukan atas inisiatif peserta
didik sendiri, tanpa diatur dan direncanakan gurunya.
Mata
pelajaran yang berbobot 2 SKS berarti dalam satu minggu harus diselenggarakan
berupa belajar tatap muka sebanyak 2 x 40 menit dilakukan diluar jam pelajar
seperti dirumah. Sedangkan kegitan guru meliputi:
1)
Kegiatan tatap
muka terjadwal dengan peserta didik selam 40 menit/ 1 jam pelajaran;
2)
Kegiatan
akademik terstruktur diluar jam pelajaran, yaitu berupa perencanaan kegitan
mengajar dan memeriksa tugas-tugas peserta didik;
3)
Kegiatan-kegiatan
mandiri, yaitu mendalami dan memperkaya bahan yang akan dipelajari.[35]
H.
Metode
Penelitian
1.
Pendekatan
dan Jenis Pendekatan
a. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, sehingga data yang dipaparkan dalam penelitian ini tidak berupa
angka-angka, tetapi berupa uraian kata-kata.
Dalam penelitian ini jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian
kualitatif, dimana metode kualitatif tersebut adalah “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati”.[36]
Penelitian
kualitatif biasanya dilawankan dengan penelitian kuantitatif dengan alasan
bahwa dalam kegiatan ini peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan
data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.
Namun demikian tidak berarti bahwa dalam penelitian kualitatif ini peneliti sama sekali tidak
diperbolehkan menggunakan angka.
Penelitian kualitatif lebih menekankan
kepada cara fikir yang bertitik tolak pada fakta sosial yang ditarik dari
realitas objektif, disamping teoritis lainnya, maka penelitian kualitatif bertitik
tolak dari paradigma fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atau rumusan
tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok
tretentu, dan relevan dengan tujuan penelitian ini.
b. Jenis Penelitian
Sedangkan jenis penelitian yang peneliti gunakan
adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat
terhadap fenomena sosial tertentu.[37]
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.[38]
Jadi penelitian deskriptif dalam penelitian ini
untuk mengembangkan konsep dan menghimpun fakta dilapangan, akan tetapi
penelitian ini tidak melakukan pengujian terhadap hipotesis.
2.
Lokasi
Penelitian
Penentuan daerah penelitian ini
dilakukan purposive, yaitu menentukan dengan sengaja karena peneliti telah
mengetahui lokasi penelitian. Dalam penelitian ini yang ditentukan sebagai
lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Lumajang yang berada dijalan Jendral
Ahmad Yani No 7 Lumajang, dengan mempertimbangkan dan memperhatikan berbagai
alasan. Disamping itu masalah yang diangkat cukup menarik untuk diteliti, dikatakan
menarik karena masalah tentang penerapan moving
class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, perlu diteliti
dan dibahas lebih dalam.
3.
Sumber
Data
Data
adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan
tujuan penelitian. Dengan demikian tidak segala informasi atau keterangan
merupakan data. Data hanyalah sebagaian dari informasi, yakni yang berkaitan
dengan penelitian. Dalam hal ini sumber data yang digunakan di bagi menjadi dua
yaitu:
a.
Data Primer
Data
primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun
perseorangan hasil wawancara atau hasil kuisioner yang bisa dilakukan oleh
peneliti.[39] Data
primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, waka kesiswaan, guru, dan
peserta didik, dari data primer ini peneliti ingin mendapatkan data megenai penerapan
moving class untuk meningkatkan
efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang.
b.
Data Sekunder
Data
sekunder adalah data yang tidak secara langsung berhubungan dengan informan,
hanya pendukung bagi penelitian yang dilakukan.[40]
Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari dokumentasi SMA Negeri 1 Lumajang,
misalnya mengenai sejarah berdirinya, struktur organisasi, jumlah guru, jumlah peserta
didik, visi dan misi, kurikulum, sarana dan prasarana moving class dan sebagainya dari SMA Negeri 1 Lumajang.
4.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
mendapat data-data maupun mengamati fenomena-fenomena yang ada dalam penelitian
ini, banyak cara yang digunakan akan tetapi tidak semua bentuk dapat
menggunakan teknik yang ada, semua harus disesuaikan dengan subyek penelitian.
Dalam
penlitian tentang penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang tahun 2010-2011 peneliti mengunakan
beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya:
a. Observasi
(Pengamatan)
Observari
merupakan dasar ilmu pengetahuan yang hanya dapat bekerja berdasarkan data,
yaitu fakta mengenai duni kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada obyek penelitian.[41]
Dalam hal ini berarti mengobservasi suatu penelitian dapat dilakukan melalui
penglihatan, penerimaan, pendengaran dan peradaban pengucap.
Sesuai
dengan pengertian observasi dapat disimpulkan adalah salah satu metode atau
cara yang digunakan untuk memperoleh data atau fakta dalam suatu penelitian.
Adapun
data yang ingin diperoleh dalam metode observasi di SMA Negeri 1 Lumajang
adalah sebagi berikut:
1)
Letak geografis
SMA Negeri 1 Lumajang;
2) Sarana,
prasaran dan lingkungan belajar moving
class yang ada di SMA Negeri 1 Lumajang;
3) Proses
pembelajaran dengan moving class di
SMA Negeri 1 Lumajang.
b. Interview
(Wawancara)
Wawancara
atau interniew adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan
yang bertujuan memperoleh informasi.[42]
Wawancara dapat dibedakan menjadi tiga macam jenis yaitu:
1) Wawancara
terstruktur yaitu wawancara dimana peneliti ketika melaksanakan tatap muka
dengan responden menggunkan pedoman wawancara yang telah disiapkan lebih
dahulu;
2) Wawancara
bebas atau tidak terstruktur yaitu wawancara dimana peneliti dalam menyampaikan
pertanyaan pada responden tidak menggunakan pedoman. Cara ini pada umumnya akan
lebih efektif dalam memperoleh informasi yang diiginkan;
3) Wawancara
kombinasi yaitu menggabungkan wawancara terstruktur dengan wawancara bebas
terstruktur, dengan tujuan memperoleh informasi yang semaksimal mungkin dari
responden.
Bentuk
interview ynag digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas
terstruktur, dimana pewawancara akan menanyakan secara garis besar tentang penerapan
moving class untuk meningkatkan efektivitas
proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang. Pada penelitian ini akan diadakan
dialog dengan kepala sekolah, waka kesiswaan, guru, dan peserta didik.
c. Dokumentasi
Dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, notulien rapat, agenda dan sebagainnya.[43]
Dengan demikian jelas bahwa, metode dokumentasi adalah metode yang digunakan
untuk mencari data-data yang sudah di dokumentasikan.
Adapun
data yang ingin diperoleh dari metode ini diantaranya:
1) Sejarah
berdirinya SMA Negeri 1 Lumajang;
2) Struktur
organisasi sekolah SMA Negeri 1 Lumajang;
3) Keadaan
guru dan karyawan SMA Negeri 1 Lumajang;
4) Jumlah
peserta didik SMA Negeri 1 Lumajang;
5) Keadaan
sarana dan prasarana moving class SMA
Negeri 1 Lumajang;
6) Dan
sebagainnya.
5.
Analisa
Data
Analisis
data menurut Patton adalah posisi mengatur urutan data, mengorganisasikan
kedalam suatu pola kategori dan urutan dasar.[44]
Metode
yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini yaitu dengan menuturkan
dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang diamati sehubungan
kegiatan pandangan, sikap yang tampak atau suatu proses yang sedang terjadi,
kelainan yang muncul kencendrungan pertentangan dan sebagainya.
Setelah
data diperoleh dari lokasi penelitian dan telah terkumpul maka langkah
selanjutnya adalah mengklarifikasi data tersebut. Dalam penelitian ini data
yang diperoleh sebagian besar adalah interview dengan seluruh pihak yang
terkait, dari dokumentasi yang berhungan dengan penerapan moving class untuk
meningkatkan proses pembelajaran.
6.
Keabsahan
Data
Menurut
Sugiono, uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
kredibilitas data, uji transferabilitiy,
uji dependebility, uji confirmability. Namun untuk menguji
keabsahan data dalam penelitian ini cukup digunakan dengan kredibilitas data.[45]
Uji
kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian ini dilakukan
dengan perpanjangan dan triangulasi. Dalam perpanjangan pengamatan ini,
peneliti kembali kelapangan untuk melakukan pengamatan dan wawancara lagi
dengan sumber data, baik yang sudah ditemui maupun yang baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini diharapkan hubungan peneliti dengan nara sumber
akan semakin akrab, terbuka, dan saling percaya, sehingga semua data dapat
terungkap tanpa ada yang disembunyikan. Perpanjangan pengamatan ini lebih
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh untuk mengecek
apakah data yang diperoleh itu benar atau tidak, berubah atau tidak. Jika
setelah dicek dan kembali kelapangan ternyata data tersebut sudah benar berarti
kredibel dan waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
Selanjutnya
untuk menguji kredibilitas juga dilakukan triangulasi data yang meliputi
triangulasi sumber, teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara pengecekan
dengan wawancara dan observasi dalam situasi yang berbeda.[46]
7.
Tahap-tahap
Penelitian
Tahap-tahap
penelitian ada tiga yaitu: tahap orientasi atau pra lapangan, tahap kegiatan
lapangan dan tahap analisis data.[47]
Tahap
pra lapangan adalah melakukan observasi
yang kemudian dilanjutkan dengan persiapan penelitian, yaitu menyiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian seperti rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perijinan penelitian, menjejaki dan menilai
keadaan lapangan, memilih dan menentukan informan. Pada tahap ini peneliti
melakukan observasi ke SMA Negeri 1 Lumajang dengan mengamati objek penelitian
secara menyeluruh.
Dalam
tahap kegiatan lapangan peneliti mengumpulkan data-data penelitian, peneliti
sudah masuk ke inti penelitian dimana segala kegiatanya difokuskan pada objek
yang sedang diteliti.
Tahap
analisis data merupakan tahap pemeriksaan keabsahan data dan mengecek hasil
akhir penelitian yang sudah diperoleh dari lapangan.
I.
Sistematika
Pembahasan
Untuk
memberikan pemahaman yang lebih sempurna, maka perlu digambarkan secara singkat
sistematika pembahasan, skripsi ini di bagi kedalam lima bagian yaitu:
BAB
I merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, serta
sistematika pembahasan.
BAB
II merupakan kajian pustaka, yang meliputi penelitian terdahulu, serta kajian
teori terkait.
BAB
III merupakan metode penelitian, yang mana dalam bab ini meliputi pendekatan
dan jenis pendekatan, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
analisa data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
BAB
IV merupakan penyajian dan analisa data, yang meliputi gambaran obyek
penelitian, penyajian dan analisis data, dan pembahasan temuan.
BAB
V merupakan penutup, yang mana bab ini berisikan tentang kesimpulan dari
pembahasan dan juga saran-saran yang telah ditemukan pada pembahasan.
J.
Daftar
Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta
A Partanto, Pius dan M. Dahlan Al Barry.
1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola
B. Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Depertemen Agama RI. Al-Qur’an dan
Terjemahannya. Semarang: PT Karya Toha Putra
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara
http://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/moving-class/
(Maret, 2011)
J Moleong,
Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Rosdakarya
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008 Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo
Komaruddin. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:
Bumi Aksara
Margono. 1997. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mulyasa. 2002. Manajemen
Berbasis Sekolah. Bandung; Remaja Rosdakarya
Mustofa, Ali dan Hanun
Asrohah. 2010. Bahan Ajar Perencanaan
Pembelajaran. Surabaya: Kopertais IV Press
Nasution, S. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah).
Jakarta: Bumi Aksara
Pertiwi, Arriza. 2009. Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar
Peserta didik Sebelum Dan Sesudah Penerapan Sistem Pembelajaran Moving Class
Pada Peserta didik Kelas 3 SLTP Negeri 1 Mejayan Tahun 2009 – 2010. Skripsi:
Undergraduate Theses Airlangga University
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (P3M). 2007. Fenomena Jurnal
Penelitian Islam Indonesia. Jember: STAIN
Qolbi, Bahrul. 2009. Pengaruh Implementasi Moving Class Terhadap
Motivasi Balajar Peserta didik pada Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2
Situbondo Tahun 2009 – 2010. Skripsi: Universitas Negeri Malang
Rahmawati, Yulia. 2009. Implementasi
Model Moving Class pada Mata Pelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Geger Madiun
Tahun 2009 – 2010. Skripsi: UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum
Teaching
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Pendidikan. Bandung: Alfabet
SM, Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSAIL
Media Group
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi
(Ed). 1995. Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3ES
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2001. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Sugiono. 2009 Metode Penelitiana Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabet
Suryabrata, Sumandi. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali
Suwignyo Anggraini, Rizqi. 2008 Efektivitas Belajar Peserta didik untuk
Meraih Prestasi di SMA Negeri 3 Lumajang. Skripsi: STAI Syarifudidin
Lumajang
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja
Grafindi Persada
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Balajar. Jakarta: PT Logos
Wacana Ilmu
Tirtarahardja La Sula, Umar.
2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipata
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam. Semarang:
PT Pustaka Pelajar
Umar, Husein. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Asa Mandiri. 2006
[1] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Bandung;
Remaja Rosdakarya, 2002, 4.
[2] Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Asa Mandiri, 2006, 1.
[3]
Syaiful Sagala, Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan Bandung: Alfabeta, 2009, 183.
[4] Ali
Mustofa dan Hanun Asrohah, Bahan Ajar
Perencanaan Pembelajaran Surabaya: Kopertais IV Press, 2010, 23.
[7] http://prayudi.wordpress.com/2007/05/15/proses-pembelajaran
(Maret, 2011), 4
[9]
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Arkola, 1994, 128
[11]
Mustofa dan Hanun Asrohah., Bahan
Ajar , 7.
[12]
Yulia Rahmawati, Implementasi Model Moving Class pada Mata
Pelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Geger Madiun Tahun 2008 – 2009 Skripsi:
UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta 2009.
[13] Bahrul
Qolbi, Pengaruh Implementasi Moving Class
Terhadap Motivasi Balajar Peserta didik pada Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA
Negeri 2 Situbondo Tahun 2008 – 2009 Skripsi: Universitas Negeri Malang., 2009.
[14] Arriza
Pertiwi, Perbedaan Peningkatan Prestasi
Belajar Peserta didik Sebelum Dan Sesudah Penerapan Sistem Pembelajaran Moving
Class Pada Peserta didik Kelas 3 SLTP Negeri 1 Mejayan Tahun 2008– 2009 Skripsi:
Undergraduate Theses Airlangga University, 2009.
[15] http://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/moving-class/
(Maret, 2011), 5.
[16]
Sagala., Kemampuan Profesional
Guru, 183-184.
[17] http://holmes-poirot.blogspot.com/2009/03/moving-class-yg-dri-internet.html
(Februari, 2011), 7.
[18]
Sagala., Kemampuan Profesional
Guru, 191-192.
[19]
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar
Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2006, 109.
[20]
Ismail SM, Strategi Pembelajaran
Agama Islam Berbasis PAIKEM Semarang: RaSAIL Media Group, 2008, 10.
[21]
Oemar Hamalik, Kurikulum dan
Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2005, 57.
[22]
Jihad dan Abdul Haris., Evaluasi Pembelajaran,
12.
[23]
Hamalik., Kurikulum dan, 76.
[24]
Hamzah B. Uno. Perencanaan
Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 35.
[25]
Uno., Perencanaan Pembelajaran,
35.
[26]
Uno., Perencanaan Pembelajaran,
37.
[27]
Uno., Perencanaan Pembelajaran,
38.
[28]
MS., Strategi Pembelajaran, 30.
[29]
Ahmad Sabri, Strategi Belajar
Mengajar dan Micro Teaching Jakarta: Quantum Teaching, 2005, 53-65.
[30]
MS., Strategi Pembelajaran, 19-23.
[31]
Sagala., Kemampuan Profesional
Guru, 183-184.
[32]
Komaruddin, Kamus Istilah Karya
Tulis Ilmiah Jakarta: Bumi Aksara, 2000, 178.
[33]
Sagala., Kemampuan Profesional
Guru, 185.
[34]
Sagala., Kemampuan Profesional
Guru, 186.
[35]
Sagala., Kemampuan Profesional
Guru, 186-187.
[36] Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif Bandung: Rosdakarya, 2002, 3.
[37] Masri Singarimbun dan Sofian
Effendi (Ed), Metode Penelitian Survei
Jakarta: LP3ES, 1995, 4.
[38]
Sumandi Suryabrata, Metodologi
Penelitian Jakarta: CV Rajawali, 1992, 18.
[39]
Husein Umar, Riset Manajemen
Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia, 2007, 37.
[40]
S. Nasution, Metode Research
(Penelitian Ilmiah) Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 143.
[41]
Margono, Metode Penelitian
Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta 1997, 158.
[42]
Nasution, Metode Research, 113.
[43]
Nasution., Metode Research, 110.
[44]
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Edisi Revisi Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 158.
[45]
Sugiono, Metode Penelitiana
Kuantitatif Kualitatif Dan R & D Bandung: Alfabet, 2009, 270.
[46]
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M). Fenomena. Jember: STAIN 2007, 5.
[47]
Moleong, Metodologi Penelitian,
127.
assalamu'alaikum mb, mau tanya, dapat skripsi "Rahmawati, Yulia. 2009. Implementasi Model Moving Class pada Mata Pelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Geger Madiun Tahun 2009 – 2010. Skripsi: UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta" ini dari mana ya? adakah link yg bisa diakses?
BalasHapusNo Deposit Casino Bonus | Free Spins & No Deposit Codes
BalasHapusNo 진주 출장안마 Deposit Casino Bonuses | Best 충청남도 출장마사지 No 경기도 출장마사지 Deposit Casino Bonuses, Free Spins & No Deposit Codes 2021. Get $$$ Free + 300% Up To $300 안산 출장안마 Match Bonus + 200 Free Spins.