Selasa, 31 Desember 2013

Penerapan Moving Class untuk Meningkatkan Efektivitas Proses Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang Tahun Pelajaran 2009-2010.




A.      Judul Penelitian
Penerapan Moving Class untuk Meningkatkan Efektivitas Proses Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang Tahun Pelajaran 2009-2010.

B.       Latar Belakang Masalah
Pendidikan memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta merupakan sarana dalam membangun watak bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan cerdas pula, dan juga sebaliknya. Dan secara progresif akan membentuk kemandirian pada masyarakat itu sendiri.[1]
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkantkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil makmur dan beradap berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.[2]
Di era globalisasi ini setiap sekolah hendaknya selalu melakukan berbagai inovasi dalam pengembangannya untuk mendasari dan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, oleh sebab  itu terus melakukan berbagai pembenahan melalui management yang profesional. Untuk mengoptimalkan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas, maka salah satu sistem pendidikan yang dapat diterapkan adalah moving class (kelas berjalan).
Moving class suatu model pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif, dengan sistem belajar mengajar bercirikan peserta didik yang mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya. Dalam sistem ini setiap guru dan mata pelajaran mempunyai kelas pribadi, untuk mengikuti pelajaran setiap peserta didik harus berpindah dari satu kelas ke kelas lain yang sudah ditentukan. Sehingga, terdapat penamaan kelas berdasarkan bidang studi, setiap kali subyek pelajaran berganti maka peserta didik akan meninggalkan kelas dan mendatangi kelas lainya sesuai bidang studi yang dijadwalkan.[3]
Dalam pembelajaran ada beberapa komponen yang sangat berpengaruh pada terlaksananya pembelajaran. Tanpa adanya komponen ini maka pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan baik dan kemungkinan pembelajaran yang dilaksanakan tidak akan memperoleh hasil yang optimal sebagaiman yang telah diharapkan. Komponen-komponen tersebut adalah guru, peserta didik, sarana dan prasarana, kurikulum, pengelolaan sekolah, pengelolaan proses pembelajaran, pengelolaan dana, monitoring dan evaluasi dan kemitraan.[4] Dalam pengelolaan proses pembelajaran meliputi penampilan guru, penguasaan materi dan kurikulum, penggunaan strategi pembelajaran, dan pemanfaatan fasilitas pembelajaran.[5]
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.[6] Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk ter-“internalisasi” dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.[7]
Kunci suksesnya moving class dalam proses pembelajaran adalah kedisiplinan, bukan hanya pada ketepatan waktu kedatangan guru dan peserta didik, tetapi kedisiplinan melaksanakan tugas secara profesional. Sistem moving class dalam proses pembelajaran untuk membiasakan peserta didik agar merasa hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu, agar mereka tidak jenuh dan bertanggungjawab terhadap apa yang dipelajari. Dengan moving class peserta didik dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar di setiap kelas, saat peserta didik memasuki ruang kelas peserta didik akan dapat langsung menfokuskan diri pada pelajaran yang dipilihnya, pemilihan kelas disesuaikan dengan jenis pelajaran yang sesuai jadwal mereka. Di dalam kelas guru melakukan berbagai inovasi dan kreatifitas pembelajaran, mengelola kelas, menata ruang, menata alat peraga, menata tempat duduk sesuai karakteristik mata pelajaran masing-masing dan sebagainya. Guru dapat melakukan kegiatan itu semua jika guru diberikan kewenangan mengelola kelas sesuai karakteristik mata pelajaran masing-masing. Jika guru telah mampu mengelola dan mengatur kelas sesuai mata pelajaran maka akan dapat memotivasi peserta didik dalam belajar, karena peserta didik tidak hanya belajar di kelas yang monoton, tetapi peserta didik akan selalu mengalami berbagai pengalaman belajar pada kelas-kelas yang selalu berubah sesuai karakteristik mata pelajaran. Keunggulan moving class adalah para peserta didik lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran. Sementara para guru, dapat menyiapkan materi pelajaran dengan lebih baik.
Pada umumnya seorang siswa dalam proses pembelajaran akan dilakukan pada suatu kelas dari pagi sampai siang secara rutin. Setiap pergantian jam pelajaran, seorang siswa menunggu guru yang akan mengajarnya dengan masih tetap berada di ruangan tersebut. Seringkali ada siswa yang merasa bosan dengan suasana kelasnya kemudian ada yang keluar baik ke kamar kecil ataupun sekedar keluar ruangan agar sedikit mengurangi kebosanannya.
Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang baru, SMA Negeri 1 Lumajang telah menerapkan sistem pembelajaran dengan cara kelas bergerak (moving class). Kegiatan pembelajaran dengan moving class peserta didik berpindah sesuai pelajaran yang diikutinya, saat peserta didik memasuki ruang/ kelas dapat langsung mengfokuskan diri pada pelajaran yang dipilihnya. Para peserta didik dapat memilih kelas yang ada sesuai jenis pelajaran yang sesuai jadwal mereka. Sehingga terlatih untuk berpikir dewasa dengan memberikan pilihan-pilihan.  Dengan model moving class ini, diharapkan peserta didik akan lebih bersemangat dalam belajar karena peserta didik akan berpindah ruangan kelas dengan cara mendatangi ruangan yang khusus untuk belajar pada mata pelajaran tertentu. Setiap guru mata pelajaran mempunyai ruangan tersendiri dan peserta didik yang akan mengikuti pelajarannya dan mendatangi ruangannya.
Penerapan moving class di SMA Negeri 1 Lumajang dapat memberikan nilai tambah bagi peserta didik dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta didik di sekolah. Adanya aktivitas yang meningkat ini,  dapat merubah cara belajar peserta didik dari belajar pasif menjadi cara belajar aktif, sehingga dapat lebih mudah menguasai atau menyerap materi-materi yang diajarkan oleh guru. Para guru selalu melakukan inovasi dan improvisasi dalam pembelajaran, artinya para guru memiliki kemampuan membuat peserta didik bisa belajar dengan baik. Proses pembelajaran dengan model moving class lebih bermakna, karena setiap ruang/ kelas dilengkapi dengan perangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran/ bidang studi. Disamping itu, memfasilitasi peserta didik yang memilliki beraneka macam gaya belajar baik visual, auditor dan khususnya kinestetik, sehingga para guru lebih mudah merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan yang dimiliki peserta didik (Multiple Intelligences) kecerdasan ganda.
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Moving Class untuk Meningkatkan Efektivitas Proses Pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang Tahun Pelajaran 2009-2010”.


C.      Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini fokus penelitian yang hendak dikaji adalah:
1.    Bagaimana penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang tahun pelajaran 2009-2010?
2.    Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam proses pembelajaran moving class di SMA Negeri 1 Lumajang?
3.    Upaya apa saja didalam mengatasi hambatan penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang?

D.      Tujuan Penelitian
Dari fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian dalam  penelitian ini adalah:
1.    Untuk memahami penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang tahun pelajaran 2009-2010.
2.    Untuk memahami hambatan-hambatan yang di hadapi dalam proses pembelajaran moving class di SMA Negeri 1 Lumajang.
3.    Untuk memahami dalam mengatasi hambatan penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang.

E.       Manfaat Penelitian
1.      Bagi Peneliti
a.       Penelitian ini merupakan media untuk memperluas wawasan dan khazanah keilmuan bagi peneliti sesuai dengan jurusan dan program studi pendidikan agama islam;
b.      Penelitian ini juga dimanfaatkan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan study strata 1 (S1) di STAI Syarifuddin Lumajang.

2.      Bagi SMA Negeri 1 Lumajang
a.       Memperoleh wawasan baru tentang penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran;
b.      Hasil penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi terhadap peningkatan proses pembelajaran dengan sistim moving class.
3.      Bagi STAI Syarifuddin
a.       Penelitian ini diupayakan dapat memberikan konstribusi terhadap STAI Syarifudidin Lumajang terutama dalam mengembangakan tentang data pendidikan;
b.      Hasil penelitian ini diupayakan dapat menjadi lebih lengkapnya literatur masalah pendidikan;
c.       Penelitian ini sebagai parameter output STAI Syarifudidin.

F.       Definisi Konsep
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan timbulnya salah pengertian dan kekurang jelasan dalam memahami judul skripsi ini, maka perlu diberikan penegasan judul agar bahasa selanjutnya dapat mengena pada sasaran dari penelitian ini.  Adapun hal-hal yang perlu ditegaskan dalam judul ini adalah:
1.      Penerapan Moving Class
Moving class adalah kelas berjalan, suatu model pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif dengan sistem belajar mengajar yang bercirikan peserta didik yang mendatangi guru kelas, bukan sebaliknya.[8]
Jadi berdasarkan istilah diatas maka dapat ditarik pemahaman bahwa penerapan moving class adalah penerapan sistem belajar mengajar yang berciri peserta didik mendatangi guru dikelas.
2.      Efektivitas Proses Pembelajaran
a.    Efetivitas adalah ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.[9]
b.    Proses adalah tahap-tahapan dalam suatu peristiwa pembentukan jalannya bekerjanya, rangkaian kerjal acara persidangan (dalam pengadilan)[10]
c.    Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.[11]
Jadi berdasarkan istilah diatas maka dapat ditarik pemahaman bahwa efektivitas proses pembelajaran adalah ketepatgunaan tahap-tahapan suatu peristiwa dalam membimbing, membatu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar yang dilakukan oleh para guru.
Berdasarkan dari definisi di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas  proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang adalah adanya penerapan sistem belajar mengajar kelas berjalan yang bercirikan peserta didik mendatangi guru dikelas untuk meningkatkan ketepatgunaan proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar di SMA Negeri 1 Lumajang yang beralamat dijalan Jendral Ahmad Yani No 7 Lumajang.

G.      Kajian Kepustakaan
1.      Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan erat dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yulianan Rahmawati, dengan judul skripsi “Implementasi Model Moving Class pada Mata Pelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Geger Madiun Tahun 2008–2009”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang memaparkan secara garis besar implementasi model moving class dalam pembelajaran PAI bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran, meningkatkan kedisiplinan peserta didik dan guru, meningkatkan keterampilan guru untuk memvariasikan metode pembelajaran, meningkatkan keberanian peserta didik untuk bertanya, menjawab, serta mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran, yang terakhir adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajara peserta didik. Proses pembelajaran PAI dengan model moving class dilaksanakan dengan prosedur tertentu yang meliputi persiapan-persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran sampai kepada proses pembelajaran berlangsung dan penerapan model moving class masih dihadapkan pada beberapa masalah yang dapat menghambat pelaksanaannya, di samping juga terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mendukung pelaksanaannya.[12]
Penelitian yang dilakukan oleh Bahrul Qolbi dengan judul skripsi “Pengaruh Implementasi Moving Class Terhadap Motivasi Balajar Peserta didik pada Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Situbondo Tahun 2008–2009”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung implementasi moving class terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Seni Budaya sebesar 38,6%. Terdapat pengaruh langsung implementasi moving class terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Seni Budaya sebesar 22,6%. Terdapat pengaruh langsung motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Seni Budaya sebesar 23,0%. Dan terdapat pengaruh tidak langsung implementasi moving class terhadap prestasi belajar melalui motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Seni Budaya sebesar 8,8%.[13]
Penelitian yang dilakukan oleh Arriza Pertiwi dengan judul skripsi “Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar Peserta didik Sebelum Dan Sesudah Penerapan Sistem Pembelajaran Moving Class Pada Peserta didik Kelas 3 SLTP Negeri 1 Mejayan Tahun 2008–2009”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah moving class pada siswa kelas 3 SLTP Negeri 1 Mejayan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis data penelitian, diperoleh nilai uji statistik dengan signifikansi sebesar p = 0,000 dan nilai z = -7,128. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kerja pada penelitian ini diterima, yang artinya ada perbedaan signifikan antara penggunaan metode pembelajaran moving class dengan tingkat prestasi belajar peserta didik kelas 3 SLTP Negeri 1 Mejayan.[14]
Dari ketiga penelitian ini, terdapat kesamaan dan perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, persamaanya adalah menggungakan variabel penelitian moving class dalam pembelajaran.
Sedangkan perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yulianan Rahmawati lebih menfokuskan bagaimana implementasi model moving class pada Mata Pelajaran Agama Islam (PAI), penelitian yang dilakukan oleh Bahrul Qolbi lebih menfokuskan pada pengaruh implementasi moving class terhadap motivasi balajar peserta didik pada mata pelajaran Seni Budaya dan penelitian yang dilakukan oleh Arriza Pertiwi lebih menfokuskan pada perbedaan peningkatan prestasi belajar peserta didik sebelum dan sesudah penerapan sistem pembelajaran moving class pada peserta didik kelas. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih menfokuskan pada penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran.

2.      Kajian Teori
a.      Penerapan Moving Class
1)      Pengertian Moving Class
Moving Class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving berarti pindah, Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar. Jadi moving class adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya.[15]
Model pembelajaran ini membuat peserta didik tidak bosan belajar dengan selalu menempati kelas yang sama setiap harinya. Moving class berarti peserta didik mempunyai kesadaran untuk mendapatkan ilmu. Artinya, jika mereka mendapatkan ilmu, maka mereka harus bergerak ke kelas yang tetentu yang disediakan untuk dipilih.[16]
2)      Tujuan Moving Class
Adapun tujuan moving class adalah:
a)   Memfasilitasi peserta didik yang memiliki beraneka macam gaya belajar baik visual, auditori, dan khususnya kinestetik untuk mengembangkan dirinya.
b)   Menyediakan sumber belajar, alat peraga, dan sarana belajar yang sesuai dengan karakter bidang studi.
c)   Melatih kemandirian, kerjasama, dan kepedulian sosial peserta didik. Karena dalam moving class mereka akan bertemu dengan peserta didik lain bahkan dari jenjang yang berbeda setiap ada perpindahan kelas atau pergantian mata pelajaran.
d)  Merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan peserta didik (multiple intelligences).
e)   Meningkatkan kualitas proses pembelajaran, yaitu: proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena setiap ruang/ laboratorium mata pelajaran dilengkapi dengan perangkat-perangkat pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap peserta didik yang akan masuk suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan pemikirannya pada mata pelajaran tersebut, sedangakan guru mata pelajaran dapat mengkondisikan ruang/ laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.
f)    Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran jadi guru mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain.
g)   Meningkatkan disiplin peserta didik dan guru, guru akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap ruang/ laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata pelajaran. Peserta didik ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk tepat waktu pada saat pelajarannya.
h)   Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.
i)     Meningkatkan keberanian peserta didik untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.
j)     Meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik[17].
3)      Hambatan dan Kelemahan Moving Class
Hambatan yang utama dan sangat mendominasi dalam melaksanakan pembelajaran model moving class adalah dukungan pemerintah kabupaten/ kota bagi sekolah negeri dan dukungan yayasan bagi sekolah swasta soal pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjukkan pelaksanaannya. Oleh karena itu, sekolah yang ingin melaksanakan model moving class harus berusaha mendapatkan dukungan pemerintah daerah kabupaten/ kota, yayasan  dan masyarakat setemapat, kemudian sekolah berbagai persiapan. Salah satunya adalah mempersiapkan ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan keperluan lainnya dilengkapi dengan perlengkapannya. Untuk mengatasi hambatan itu diperlukan dana yang tidak mungkin dapat segera direalisalikan secara cepat. Sekolah memerlukan bantuan dan partisipasi dari semua pihak, karena dengan dukungan yang kuat segala hambatan yang ada dapat diatasi dengan mudah.[18]
Kelemahan moving class adalah sulit menetapkan penanggung jawab ruang kelas, sehingga harus mengadakan petugas khusus untuk mengatasinya, adanya beberapa peserta didik yang masih terlambat hadir di ruang belajar, jadi perlu peran serta Tim Tatib Sekolah untuk menanggulanginya, meminimalisasi kehilangan waktu untuk perpindahan kelas dapat diatasi dengan berbagai kegiatan dan aturan yang dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran, perlu melengkapi masing-masing kelas mata pelajaran dengan berbagai sarana prasarana pembelajaran yang mendukung, dapat diatasi melalui kerja sama sekolah dengan komite, masyarakat dan pemerintah dan meningkatnya biaya operasional pelaksanaan program ini dapat diatasi dengan kerja sama sekolah dengan komite.

b.      Efektivitas Proses Pembelajaran
1)      Pengertian Proses Pembelajaran
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suau sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin, proses adalah any change in any object or organisme, particularly a behavioral of psyhological change  yang dalam bahasa indonesia adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan.[19]
Sebelum penggunaan pembelajaran populer, para penulis menggunakan istilah pengajaran. Karena ada perbedaan persepsi antara istilah pembelajaran dan pengajaran. Praktik pengajaran di sekolah-sekolah pada umumnya lebih banyak berpusat pada guru, atau berkonotasi pada teacher centered (berpusat pada guru). Dengan menggunakan istilah pembelajaran diharapkan guru ingat tugasnya membelajarkan peserta didik.[20]
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur/ spidol, fotografi, slide dan filem, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainnya.[21]
Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun peserta didik bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampian, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama atau hasil belajar yang diinginkan.[22]
2)      Tujuan Pembelajaran
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan peserta didik, mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan peserta didik dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata pelajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditetukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber pertama tujuan bagi para peserta didik dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat terukur.[23]
Tujuan pembelajaran biasannya diarahkan pada tiga kawasan, yakni kawasan: kognitif, afektif dan psikomotorik.[24]
a)      Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkah laku pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.[25]
b)   Kawasan Afektif
Kawasan afektif adalah suatu dominan yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial.[26]
c)      Kawasan Psikomotorik
Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaiatan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik.[27]
3)      Metode Pebelajaran
Suatu metode bisa dikatakan efektif jika prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat guna. Maksudnya dengan memakai metode tertentu tetapi dapat menghasil prestasi belajar yang lebih baik. Hasil pembelajaran yang baik hasruslah bersifat menyeluruh, artinya bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan semata-mata, tetapi juga tampak dalam perubahan sikap dan tingkah laku secara terpadu. Perubahan ini sudah barang tentun harus dapat dilihat dan diamati, bersifat khusus dan operasioanal dalam arti mudah diukur.[28]
Ditinjau dari segi penerapan, metode-metode pembelajaran ada yang tepat digunakan untuk peserta didik dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk peserta didik dalam jumlah kecil, ada yang tepat digunakan didalam kelas atau di luar kelas. Dibawah ini akan diuraikan secara singkat metode-metode  pembelajaran yang sampai saat ini masih banyak digunkan dalam proses pembelajaran, yakni:[29]
a)      Metode Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.
b)      Metode Tanya Jawab adalah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsun antara guru dan peserta didik.
c)      Metode Diskusi adalah saling menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
d)     Metode Eksperimem biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu kimia, dan sejenisnya.
e)      Metode Demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkam bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.
f)       Metode Pemberian Tugas dan Resitasi adalah suatu cara dalam proses pemebelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakan, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru.
g)      Metode Drill (Latihan) penggunaan istilah latihan sering disampaikan artinya dengan istilah “ulangan”. Padahal maksudnya berbeda, latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik. Sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauhmana dia telah menyerap pembelajaran tersebut.[30]

c.       Penerapan Moving Class Untuk Meningkatkan Efektivitas Proses Pembelajaran
Agar belajar lebih interaktif, sekolah dapat mengatur dengan cara berpindah kelas (moving class), moving class merupakan sistem pendidikan telah lama diimplementasikan diberbagai sekolah luar Negeri. Lewat sistem ini, para peserta didik dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar di setiap kelas yang ada. Kegiatan pembelajaran sistem moving class peserta didik berpindah sesuai pelajaran yang diikutinya. Saat peserta didik memasuki kelas peserta didik akan dapat langsung memfokuskan diri pada pelajaran yang dipilihnya. Para peserta didik dapat memilih kelas yang ada sesuai jenis pelajaran yang sudah jadwal mereka. Sehingga peserta didik terlatih untuk berfikir dewasa dengan memberikan pilihan-pilihan. Moving class ini bertujuan untuk membiasakan anak-anak agar mereka hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu agar mereka tidak jenuh dan bertanggungjawab terhadap apa yang dipelajari. Dengan metode ini, setiap pelajaran disediakan kelas khusus, seperti kelas matematika, IPA, atau Lab Bahasa Inggris. Model pembelajaran ini membuat peserta didik tidak bosan belajar dengan selalu menempati kelas yang sama setiap hari. Moving class berarti peserta didik mempunyai kesadaran untuk mendapatkan ilmu, artinya jika mereka mau mendapatkan ilmu, maka mereka harus bergerak ke kelas yang tertentu yang disediakan untuk dipilih.[31]
Agar pelaksanaan dengan sistem berpindah dapat terlaksana dengan baik dan memberi peningkatakan yang signifikan terhadap mutu pembelajaran dan lulusan peserta didik. Maka pendidikan perlu menyusun strategi pelaksanaan dengan memperhaitkan aspek pedagogi. Pedagogi berasal dari bahasa Yunani “paidagogia” yang berasal dari “pedagogue” pemimpin anak-anak.[32] Pedagogi suatu ilmu yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing dan mengawasi pelajaran. Jadi, dari segi pedagogis moving class membutuhkan rekam jejak kemajuan proses pembelajaran peserta didik (protofolio), sesuatu hal yang diabaikan dalam kelas konvensional, yang misalnya tercermin dalam kesalahpahaman guru konvensional tentang program remidial. Remidial hanya diberlakukan bagi peserta didik yang kurang pandai secara kognitif, akan tetapi dalam moving class penilaian tidak hanya menyangkut aspek kognitif sebab Rencangan Penilaian dan PKB (penilaian berbasis kelas) mempunyai tolak ukur yang menyentuh seluruh aspek kemampuan dan kepribadian peserta didik.[33]
Proses belajar mengajar menggunakan kelas berpindah (moving class) tentu didasarkan dengan menggunakan sistem kredit semester (SKS) dalam pembelajarannya. SKS ialah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang beban penyelenggarakan program pendidikan yang beban studi peserta didik, beban tugas mengajar, dan benban penyelenggraan program pendidikan lembaga dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS). Satuan kredit semester merupakan bobot yang menunjukkan jumlah waktu dalam menit dan semester itu sendiri merupakan suatu ukuran waktu atau satuan waktu yang terkecil dlaam program lengkap satu jenjang pendidikan.[34]
Kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga komponen, yaitu:
1)      Kegiatan tatap muka terjadwal, yaitu pertemuan tatap muka antara pserta didik dan guru menurut jadwal yang telah ditentukan;
2)      Kegiatan akademik terstruktur dan kegitan akademik mandiri, yaitu kegiatan akademik peserta didik yang tidak terjadwal tetapi telah direncanakan guru, misalnya pekerjaan rumah dan membaca literatur yang akan dipelajari pada pertemuan berikut;
3)      Kegiatan akademik mandiri, yaitu kegiatan belajar yang dilakukan atas inisiatif peserta didik sendiri, tanpa diatur dan direncanakan gurunya.
Mata pelajaran yang berbobot 2 SKS berarti dalam satu minggu harus diselenggarakan berupa belajar tatap muka sebanyak 2 x 40 menit dilakukan diluar jam pelajar seperti dirumah. Sedangkan kegitan guru meliputi:
1)        Kegiatan tatap muka terjadwal dengan peserta didik selam 40 menit/ 1 jam pelajaran;
2)        Kegiatan akademik terstruktur diluar jam pelajaran, yaitu berupa perencanaan kegitan mengajar dan memeriksa tugas-tugas peserta didik;
3)        Kegiatan-kegiatan mandiri, yaitu mendalami dan memperkaya bahan yang akan dipelajari.[35]

H.      Metode Penelitian
1.      Pendekatan dan Jenis Pendekatan
a.      Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga data yang dipaparkan dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka, tetapi berupa uraian kata-kata.
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang  digunakan adalah penelitian kualitatif, dimana metode kualitatif tersebut adalah “sebagai  prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”.[36]
Penelitian kualitatif biasanya dilawankan dengan penelitian kuantitatif dengan alasan bahwa dalam kegiatan ini peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Namun demikian tidak berarti bahwa dalam penelitian kualitatif ini peneliti sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan angka.
Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada cara fikir yang bertitik tolak pada fakta sosial yang ditarik dari realitas objektif, disamping teoritis lainnya, maka penelitian kualitatif bertitik tolak dari paradigma fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atau rumusan tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok tretentu, dan relevan dengan tujuan penelitian ini.
b.      Jenis Penelitian
Sedangkan jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif  dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.[37] Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.[38]
Jadi penelitian deskriptif dalam penelitian ini untuk mengembangkan konsep dan menghimpun fakta dilapangan, akan tetapi penelitian ini tidak melakukan pengujian terhadap hipotesis.

2.      Lokasi Penelitian
Penentuan daerah penelitian ini dilakukan purposive, yaitu menentukan dengan sengaja karena peneliti telah mengetahui lokasi penelitian. Dalam penelitian ini yang ditentukan sebagai lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Lumajang yang berada dijalan Jendral Ahmad Yani No 7 Lumajang, dengan mempertimbangkan dan memperhatikan berbagai alasan. Disamping itu masalah yang diangkat cukup menarik untuk diteliti, dikatakan menarik karena masalah tentang penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, perlu diteliti dan dibahas lebih dalam.

3.      Sumber Data
Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian tidak segala informasi atau keterangan merupakan data. Data hanyalah sebagaian dari informasi, yakni yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini sumber data yang digunakan di bagi menjadi dua yaitu:

a.         Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun perseorangan hasil wawancara atau hasil kuisioner yang bisa dilakukan oleh peneliti.[39] Data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, waka kesiswaan, guru, dan peserta didik, dari data primer ini peneliti ingin mendapatkan data megenai penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang.
b.         Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung berhubungan dengan informan, hanya pendukung bagi penelitian yang dilakukan.[40] Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari dokumentasi SMA Negeri 1 Lumajang, misalnya mengenai sejarah berdirinya, struktur organisasi, jumlah guru, jumlah peserta didik, visi dan misi, kurikulum, sarana dan prasarana moving class dan sebagainya dari SMA Negeri 1 Lumajang.

4.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapat data-data maupun mengamati fenomena-fenomena yang ada dalam penelitian ini, banyak cara yang digunakan akan tetapi tidak semua bentuk dapat menggunakan teknik yang ada, semua harus disesuaikan dengan subyek penelitian.
Dalam penlitian tentang penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang tahun 2010-2011 peneliti mengunakan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya:


a.       Observasi (Pengamatan)
Observari merupakan dasar ilmu pengetahuan yang hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai duni kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.[41] Dalam hal ini berarti mengobservasi suatu penelitian dapat dilakukan melalui penglihatan, penerimaan, pendengaran dan peradaban pengucap.
Sesuai dengan pengertian observasi dapat disimpulkan adalah salah satu metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh data atau fakta dalam suatu penelitian.
Adapun data yang ingin diperoleh dalam metode observasi di SMA Negeri 1 Lumajang adalah sebagi berikut:
1)        Letak geografis SMA Negeri 1 Lumajang;
2)   Sarana, prasaran dan lingkungan belajar moving class yang ada di SMA Negeri 1 Lumajang;
3)   Proses pembelajaran dengan moving class di SMA Negeri 1 Lumajang.
b.      Interview (Wawancara)
Wawancara atau interniew adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.[42] Wawancara dapat dibedakan menjadi tiga macam jenis yaitu:
1)   Wawancara terstruktur yaitu wawancara dimana peneliti ketika melaksanakan tatap muka dengan responden menggunkan pedoman wawancara yang telah disiapkan lebih dahulu;
2)   Wawancara bebas atau tidak terstruktur yaitu wawancara dimana peneliti dalam menyampaikan pertanyaan pada responden tidak menggunakan pedoman. Cara ini pada umumnya akan lebih efektif dalam memperoleh informasi yang diiginkan;
3)   Wawancara kombinasi yaitu menggabungkan wawancara terstruktur dengan wawancara bebas terstruktur, dengan tujuan memperoleh informasi yang semaksimal mungkin dari responden.
Bentuk interview ynag digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terstruktur, dimana pewawancara akan menanyakan secara garis besar tentang penerapan moving class untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Lumajang. Pada penelitian ini akan diadakan dialog dengan kepala sekolah, waka kesiswaan, guru, dan peserta didik.
c.       Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulien rapat, agenda dan sebagainnya.[43] Dengan demikian jelas bahwa, metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data-data yang sudah di dokumentasikan.
Adapun data yang ingin diperoleh dari metode ini diantaranya:
1)   Sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Lumajang;
2)   Struktur organisasi sekolah SMA Negeri 1 Lumajang;
3)   Keadaan guru dan karyawan SMA Negeri 1 Lumajang;
4)   Jumlah peserta didik SMA Negeri 1 Lumajang;
5)   Keadaan sarana dan prasarana moving class SMA Negeri 1 Lumajang;
6)   Dan sebagainnya.




5.      Analisa Data
Analisis data menurut Patton adalah posisi mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola kategori dan urutan dasar.[44]
Metode yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini yaitu dengan menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang diamati sehubungan kegiatan pandangan, sikap yang tampak atau suatu proses yang sedang terjadi, kelainan yang muncul kencendrungan pertentangan dan sebagainya.
Setelah data diperoleh dari lokasi penelitian dan telah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah mengklarifikasi data tersebut. Dalam penelitian ini data yang diperoleh sebagian besar adalah interview dengan seluruh pihak yang terkait, dari dokumentasi yang berhungan dengan penerapan moving class untuk meningkatkan proses pembelajaran.

6.      Keabsahan Data
Menurut Sugiono, uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas data, uji transferabilitiy, uji dependebility, uji confirmability. Namun untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini cukup digunakan dengan kredibilitas data.[45]
Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian ini dilakukan dengan perpanjangan dan triangulasi. Dalam perpanjangan pengamatan ini, peneliti kembali kelapangan untuk melakukan pengamatan dan wawancara lagi dengan sumber data, baik yang sudah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini diharapkan hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin akrab, terbuka, dan saling percaya, sehingga semua data dapat terungkap tanpa ada yang disembunyikan. Perpanjangan pengamatan ini lebih difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh untuk mengecek apakah data yang diperoleh itu benar atau tidak, berubah atau tidak. Jika setelah dicek dan kembali kelapangan ternyata data tersebut sudah benar berarti kredibel dan waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
Selanjutnya untuk menguji kredibilitas juga dilakukan triangulasi data yang meliputi triangulasi sumber, teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara pengecekan dengan wawancara dan observasi dalam situasi yang berbeda.[46]

7.      Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ada tiga yaitu: tahap orientasi atau pra lapangan, tahap kegiatan lapangan dan tahap analisis data.[47]
Tahap pra lapangan adalah melakukan observasi yang kemudian dilanjutkan dengan persiapan penelitian, yaitu menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian seperti rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan penelitian, menjejaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan menentukan informan. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi ke SMA Negeri 1 Lumajang dengan mengamati objek penelitian secara menyeluruh.
Dalam tahap kegiatan lapangan peneliti mengumpulkan data-data penelitian, peneliti sudah masuk ke inti penelitian dimana segala kegiatanya difokuskan pada objek yang sedang diteliti.
Tahap analisis data merupakan tahap pemeriksaan keabsahan data dan mengecek hasil akhir penelitian yang sudah diperoleh dari lapangan.

I.         Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan pemahaman yang lebih sempurna, maka perlu digambarkan secara singkat sistematika pembahasan, skripsi ini di bagi kedalam lima bagian yaitu:
BAB I merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, serta sistematika pembahasan.
BAB II merupakan kajian pustaka, yang meliputi penelitian terdahulu, serta kajian teori terkait.
BAB III merupakan metode penelitian, yang mana dalam bab ini meliputi pendekatan dan jenis pendekatan, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisa data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV merupakan penyajian dan analisa data, yang meliputi gambaran obyek penelitian, penyajian dan analisis data, dan pembahasan temuan.
BAB V merupakan penutup, yang mana bab ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan dan juga saran-saran yang telah ditemukan pada pembahasan.

J.        Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
A Partanto, Pius dan M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola
B. Uno, Hamzah. 2009.  Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Depertemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: PT Karya Toha Putra
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
J Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Rosdakarya 
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008 Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
Komaruddin. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara
Margono. 1997. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung; Remaja Rosdakarya
Mustofa, Ali dan Hanun Asrohah. 2010. Bahan Ajar Perencanaan Pembelajaran. Surabaya: Kopertais IV Press
Nasution, S. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara
Pertiwi,  Arriza. 2009. Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar Peserta didik Sebelum Dan Sesudah Penerapan Sistem Pembelajaran Moving Class Pada Peserta didik Kelas 3 SLTP Negeri 1 Mejayan Tahun 2009 – 2010. Skripsi: Undergraduate Theses Airlangga University
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M). 2007. Fenomena Jurnal Penelitian Islam Indonesia. Jember: STAIN
Qolbi, Bahrul. 2009. Pengaruh Implementasi Moving Class Terhadap Motivasi Balajar Peserta didik pada Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Situbondo Tahun 2009 – 2010. Skripsi: Universitas Negeri Malang
Rahmawati, Yulia. 2009. Implementasi Model Moving Class pada Mata Pelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Geger Madiun Tahun 2009 – 2010. Skripsi: UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidikan. Bandung: Alfabet
SM, Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSAIL Media Group
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (Ed). 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2001. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiono. 2009 Metode Penelitiana Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabet
Suryabrata, Sumandi. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali
Suwignyo Anggraini, Rizqi. 2008 Efektivitas Belajar Peserta didik untuk Meraih Prestasi di SMA Negeri 3 Lumajang. Skripsi: STAI Syarifudidin Lumajang
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindi Persada
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Balajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
Tirtarahardja La Sula, Umar. 2002.  Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipata
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam. Semarang: PT Pustaka Pelajar
Umar, Husein. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Asa Mandiri. 2006


[1]  Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002, 4.
[2] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Asa Mandiri, 2006, 1.
[3]  Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan Bandung: Alfabeta, 2009, 183.
[4]  Ali Mustofa dan Hanun Asrohah, Bahan Ajar Perencanaan Pembelajaran Surabaya: Kopertais IV Press, 2010, 23.
[5]  Mustofa dan Hanun Asrohah., Bahan Ajar , 24.
[6]  Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008, 11.
[8]  Sagala., Kemampuan Profesional Guru, 183.
[9]  Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Arkola, 1994, 128
[10]  Partanto dan M. Dahlan Al Barry.,  Kamus Ilmiah, 633.
[11]  Mustofa dan Hanun Asrohah., Bahan Ajar , 7.
[12]   Yulia Rahmawati, Implementasi Model Moving Class pada Mata Pelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Geger Madiun Tahun 2008 – 2009 Skripsi: UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta  2009.
[13]  Bahrul Qolbi, Pengaruh Implementasi Moving Class Terhadap Motivasi Balajar Peserta didik pada Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Situbondo Tahun 2008 – 2009 Skripsi: Universitas Negeri Malang., 2009.
[14]  Arriza Pertiwi, Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar Peserta didik Sebelum Dan Sesudah Penerapan Sistem Pembelajaran Moving Class Pada Peserta didik Kelas 3 SLTP Negeri 1 Mejayan Tahun 2008– 2009 Skripsi: Undergraduate Theses Airlangga University, 2009.
[16]  Sagala., Kemampuan Profesional Guru, 183-184.
[18]  Sagala., Kemampuan Profesional Guru, 191-192.
[19]  Muhibbin Syah, Psikologi Belajar Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2006, 109.
[20]  Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM Semarang: RaSAIL Media Group, 2008, 10.
[21]  Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2005,  57.
[22]  Jihad dan Abdul Haris., Evaluasi Pembelajaran, 12.
[23]  Hamalik., Kurikulum dan, 76.
[24]  Hamzah B. Uno. Perencanaan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 35.
[25]  Uno., Perencanaan Pembelajaran,  35.
[26]  Uno., Perencanaan Pembelajaran, 37.
[27]  Uno., Perencanaan Pembelajaran, 38.
[28]  MS., Strategi Pembelajaran, 30.
[29]  Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching Jakarta: Quantum Teaching, 2005, 53-65.
[30]  MS., Strategi Pembelajaran, 19-23.
[31]  Sagala., Kemampuan Profesional Guru, 183-184.
[32]  Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah Jakarta: Bumi Aksara, 2000, 178.
[33]  Sagala., Kemampuan Profesional Guru, 185.
[34]  Sagala., Kemampuan Profesional Guru, 186.
[35]  Sagala., Kemampuan Profesional Guru, 186-187.
[36]  Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif  Bandung: Rosdakarya, 2002,  3.
[37] Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed), Metode Penelitian Survei Jakarta: LP3ES, 1995, 4.
[38]  Sumandi Suryabrata, Metodologi Penelitian Jakarta: CV Rajawali, 1992, 18.
[39]  Husein Umar, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia, 2007, 37.
[40]  S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 143.
[41]  Margono, Metode Penelitian Pendidikan,  Jakarta: PT. Rineka Cipta 1997, 158.
[42]  Nasution, Metode Research, 113.
[43]  Nasution., Metode Research, 110.
[44]  Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Edisi Revisi Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 158.
[45]  Sugiono, Metode Penelitiana Kuantitatif Kualitatif Dan R & D Bandung: Alfabet, 2009, 270.
[46]  Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M). Fenomena. Jember: STAIN 2007, 5.
[47]  Moleong, Metodologi Penelitian, 127.


2 komentar:

  1. assalamu'alaikum mb, mau tanya, dapat skripsi "Rahmawati, Yulia. 2009. Implementasi Model Moving Class pada Mata Pelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Geger Madiun Tahun 2009 – 2010. Skripsi: UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta" ini dari mana ya? adakah link yg bisa diakses?

    BalasHapus
  2. No Deposit Casino Bonus | Free Spins & No Deposit Codes
    No 진주 출장안마 Deposit Casino Bonuses | Best 충청남도 출장마사지 No 경기도 출장마사지 Deposit Casino Bonuses, Free Spins & No Deposit Codes 2021. Get $$$ Free + 300% Up To $300 안산 출장안마 Match Bonus + 200 Free Spins.

    BalasHapus